Real-time marketing membuat perusahaan menunjukkan respon cepat pada event public (seperti tweet Oreo mengenai pemadaman listrik Super Bowl). Saat ini, marketing digital yang efektif ditandai dengan penggunaan A/B testing yang pesat, mengulang dan mengoptimalkan ide dan kampaye lalu secara agrfesif mempertimbangkan startegi mana yang paling menjanjikan. Pendekatan yang lebih ilmiah ini diformulasikan oleh para marketer online yang berpikiran maju dengan tekanan mengatasi perubahan konstan.
Di dunia yang serba cepat ini perencanaan marketing lama sudah kuno. Perencanaan sangat penting dan perlu dikembangkan menjadi proses yang lebih gesit dan berulang.
Marketer kontemporer yang gesit mengetahui adanya kemungkinan keadaan ke depan akan berbeda. Tidak seperti marketer terdahulu, marketer saat ini memiliki pandangan yang lebih baik mengenai program mana yang akan berhasil dan mana yang tidak. Kampanye yang berhasil bisa dilipatgandakan, memaksimalkan pertumbuhan sumber dari yang tadinya berkinerja buruk.
Para marketer telah beradaptasi, mengapa tidak memiliki rencana dan anggaran yang besar?
Saat penyesuaian terjadi terus menerus dan umpal balik kinerja bersifat real-time, anggaran tetap dan rencana jangka panjang terlihat tidak realistis. Setiap orang berpikir apakah rencana marketing masih relevan. Namun mengimplementasi program marketing tanpa rencana atau strategi apapun terlihat tidak bijak dan gegabah.
Jadi bagaimanakan rencana marketing yang gesit itu? Pertanyaan ini sering saya tanyakan di situs yang saya bangun, Growthhackers.com, di mana para marketer berbagi ide dan pengalaman terbaik, dan para peserta dalam percakapan ini memiliki banyak pencerahan yang menarik, yang saya rangkum berikut:
- Tahapan dan besarnya perusahaan itu penting
- Perusahaan yang gesit membutuhkan rencana yang gesit
Perusahaan besar pun akan tertinggal tanpa adanya fleksibilitas dalam rencana dan pelaksanaannya.
Daripada memformulasikan rencana satu-dua tahun, banyak perusahaan sekarang lebih memilih untuk membuat peta perencanaan tiga-enam bulan yang dirancang untuk merencanakan batu loncatan bisnis berikutnya secepat mungkin. Dalam rencana jangka pendek seperti itu, tujuan bisa terfokus pada validasi segmen pasar selanjutnya atau melengkapi serangkaian tes untuk menarik dan mengkonversi lebih banyak konsumen menjadi pembeli.
Setelah hipotesis-hipotesis pertumbuhan itu terbukti (atau tidak terbukti) selama beberapa bulan, tahap berikutnya fokus pada perluasan pasar lebih mendalam, menguji cara untuk mengakusisi kostumer dalam segmen tambahan atau strategi mempertahankan kostumer baru.
- Rancang perencanaan yang kohesif, dengan visi yang memadai
Namun perencanaan tersebut harus menjaga setiap orang tetap sejalan dengan visi perusahaan. Bagaimana branding, posisi, target pasar, analisis competitor, dan informasi produk perusahaan haruslah jelas. Tentukan tujuan perkembangan, inisiatif besar untuk mencapainya, indikator kinerja utama mana yang akan digunakan, dan sumber daya yang diperlukan. Perencanaan juga harus menyampaikan pengetahuan perusahaan mengenai apa yang berhasil dan mengapa.
- Bersikap terbuka pada perubahan dan iterasi
Rencana yang terus diperbarui, dikemas dengan tes yang relevan dan hasil program, bukan hanya lebih relevan, tapi juga lebih efektif untuk menjalankan perkembangan, menjaga staff sejalan, dan memastikan bahwa peluang dimanfaatkan. Pemilik bisnis lalu bisa mengalokasi sumber daya bukan berdasar pada anggaran tahunan namun pada kinerja, fokus pada produk terbaik dan menyesuaikan dengan cekatan saat kondisi berubah. Simpan dokumen perencanaan di intranet perusahaan atau wiki yang bisa diperbarui dan dkomentari, atau gunakan Google Docs untuk tim yang lebih kecil.
- Kolaborasi antar departemen
Saat meneliti perusahaan yang berhasil, Morgan Brown dan saya berulang kali menemukan bahwa menghapus hambatan antara tim sangat penting guna menemukan peluang pertumbuhan baru. Bagi 10 perusahaan yang kami tulis dalam buku kami, Startup Growth Engines, kegesitan muncul dari koordinasi keseluruhan perusahaan, dengan setiap departemen yang terlibat dan berinvestasi dalam memajukan pertumbuhan. Rencana perlu memperhitungkan pertumbuhan di segala aspek, bukan hanya pada tingkat kampanye marketing.
Source : http://www.entrepreneur.com/article/235930