Marketing vs Waktu

Marketer jaman sekarang dihadapkan pada tantangan yang berbeda dibanding marketer terdahulu. Naik turunnya jaringan dan platform online dari MySpace hingga WhatsApp, telah mengubah cara perusahaan mencari, menghubungi, dan mendapatkan pelanggan baru.

Real-time marketing membuat perusahaan menunjukkan respon cepat pada event public (seperti tweet Oreo mengenai pemadaman listrik Super Bowl). Saat ini, marketing digital yang efektif ditandai dengan penggunaan A/B testing yang pesat, mengulang dan mengoptimalkan ide dan kampaye lalu secara agrfesif mempertimbangkan startegi mana yang paling menjanjikan. Pendekatan yang lebih ilmiah ini diformulasikan oleh para marketer online yang berpikiran maju dengan tekanan mengatasi perubahan konstan.

Di dunia yang serba cepat ini perencanaan marketing lama sudah kuno. Perencanaan sangat penting dan perlu dikembangkan menjadi proses yang lebih gesit dan berulang.

Marketer kontemporer yang gesit mengetahui adanya kemungkinan keadaan ke depan akan berbeda. Tidak seperti marketer terdahulu, marketer saat ini memiliki pandangan yang lebih baik mengenai program mana yang akan berhasil dan mana yang tidak. Kampanye yang berhasil bisa dilipatgandakan, memaksimalkan pertumbuhan sumber dari yang tadinya berkinerja buruk.

Para marketer telah beradaptasi, mengapa tidak memiliki rencana dan anggaran yang besar?

Saat penyesuaian terjadi terus menerus dan umpal balik kinerja bersifat real-time, anggaran tetap dan rencana jangka panjang terlihat tidak realistis. Setiap orang berpikir apakah rencana marketing masih relevan. Namun mengimplementasi program marketing tanpa rencana atau strategi apapun terlihat tidak bijak dan gegabah.

Jadi bagaimanakan rencana marketing yang gesit itu? Pertanyaan ini sering saya tanyakan di situs yang saya bangun, Growthhackers.com, di mana para marketer berbagi ide dan pengalaman terbaik, dan para peserta dalam percakapan ini memiliki banyak pencerahan yang menarik, yang saya rangkum berikut:

  1. Tahapan dan besarnya perusahaan itu penting
Firma Startup and Fortune 500 memiliki tantangan dan prioritas yang berbeda. Secara definisi, kebutuhan perencanaan mereka berbada. Untuk startup, diperhatikan keberadaannya dan mendapat pengguna baru membutuhkan waktu lama untuk mengembangkan visi jangka panjang. Brand yang besar beda lagi tantangannya: Mencari inisiatif yang akan menciptakan pertumbuhan adalah kuncinya, dan hal ini membutuhkan rencana lebih untuk melindungi perusahaan dari kerugian besar. Langkah pertama dalam membuat proses perancanaan yang lebih gesit adalah dengan menyesuaikan ukurannya dengan tahapan perusahaan. Tidak ada yang namanya rencana marketing satu ukuran.

  1. Perusahaan yang gesit membutuhkan rencana yang gesit
Untuk startup dan mungkin semua perusahaan, 50 halaman Powerpoint presentasi marketing tidak lagi berlaku. Umpan balik yang lebih ringkas memerlukan jangka waktu yang lebih ringkas, sehingga perencanaan menjadi lebih fokus. Perusahaan yang mencoba membuat rencana dan anggaran bertahun-tahun mengunci diri mereka sendiri dalam suatu struktur yang tidak memungkinkan untuk memanfaatkan peluang yang muncul dengan cepat atau memangkas kampanye yang jelas-jelas menghabiskan uang.

Perusahaan besar pun akan tertinggal tanpa adanya fleksibilitas dalam rencana dan pelaksanaannya.

Daripada memformulasikan rencana satu-dua tahun, banyak perusahaan sekarang lebih memilih untuk membuat peta perencanaan tiga-enam bulan yang dirancang untuk merencanakan batu loncatan bisnis berikutnya secepat mungkin. Dalam rencana jangka pendek seperti itu, tujuan bisa terfokus pada validasi segmen pasar selanjutnya atau melengkapi serangkaian tes untuk menarik dan mengkonversi lebih banyak konsumen menjadi pembeli.

Setelah hipotesis-hipotesis pertumbuhan itu terbukti (atau tidak terbukti) selama beberapa bulan, tahap berikutnya fokus pada perluasan pasar lebih mendalam, menguji cara untuk mengakusisi kostumer dalam segmen tambahan atau strategi mempertahankan kostumer baru.

  1. Rancang perencanaan yang kohesif, dengan visi yang memadai
Selama masa perubahan konstan, menjaga setiap dalam organisasi tetap memiliki cara berpikir yang sama merupaka suatu tantangan. Bergerak cepat bisa melepaskan bahkan jalinan terdekat keluar dari sinkronisasi, terutama jikan para staff bekerja dalam organisasi luas. Bahkan saat kendali operasi hari-ke-hari mulai kendur sehingga tim bisa memanfaatkan peluang jangka pendek, setiap orang harus searah.

Namun perencanaan tersebut harus menjaga setiap orang tetap sejalan dengan visi perusahaan. Bagaimana branding, posisi, target pasar, analisis competitor, dan informasi produk perusahaan haruslah jelas. Tentukan tujuan perkembangan, inisiatif besar untuk mencapainya, indikator kinerja utama mana yang akan digunakan, dan sumber daya yang diperlukan. Perencanaan juga harus menyampaikan pengetahuan perusahaan mengenai apa yang berhasil dan mengapa.

  1. Bersikap terbuka pada perubahan dan iterasi
Rencana pemasaran harus dibuat dalam suatu format yang membuat staff bisa menyediakan umpan balik dan berbasis pembelajaran pada suatu kinerja kampanye serta memberi peluang baru untuk membuat perkembangan. Ketimbang suatu Powerpoint, rencana yang gesit haruslah dokumen hidup yang terus-menerus direferensi dan diperbarui. Dengan anggota tim memberi kontribusi data real-time, dokumen ini bisa dapat berfungsi bukan hanya sebagai rencana tapi pusat bagi organisasi pemasaran untuk mengobservasi mana yang berhasil.

Rencana yang terus diperbarui, dikemas dengan tes yang relevan dan hasil program, bukan hanya lebih relevan, tapi juga lebih efektif untuk menjalankan perkembangan, menjaga staff sejalan, dan memastikan bahwa peluang dimanfaatkan. Pemilik bisnis lalu bisa mengalokasi sumber daya bukan berdasar pada anggaran tahunan namun pada kinerja, fokus pada produk terbaik dan menyesuaikan dengan cekatan saat kondisi berubah. Simpan dokumen perencanaan di intranet perusahaan atau wiki yang bisa diperbarui dan dkomentari, atau gunakan Google Docs untuk tim yang lebih kecil.

  1. Kolaborasi antar departemen
Perusahaan yang berkembang paling cepat tidak melakukan kampanye marketing tradisional. Produk mereka sendirilah yang menghasilkan perkembangan. Marketer terdahulu tidak terlibat dalam keputusan produk, padahal kolabolari yang lebih erat diperlukan antar departemen. Produk, teknis, dan marketing perlu bekerjasama untuk menciptakan pertumbuhan yang stabil.

Saat meneliti perusahaan yang berhasil, Morgan Brown dan saya berulang kali menemukan bahwa menghapus hambatan antara tim sangat penting guna menemukan peluang pertumbuhan baru. Bagi 10 perusahaan yang kami tulis dalam buku kami, Startup Growth Engines, kegesitan muncul dari koordinasi keseluruhan perusahaan, dengan setiap departemen yang terlibat dan berinvestasi dalam memajukan pertumbuhan. Rencana perlu memperhitungkan pertumbuhan di segala aspek, bukan hanya pada tingkat kampanye marketing.

Source : http://www.entrepreneur.com/article/235930